PROSES PRODUKSI TEMPE
Produksi tempe kebanyakan
dilakukan oleh industri skala kecil dan rumah tangga. Metode dalam memproduksi
tempe umumnya menggunakan cara-cara yang tradisional. Artinya, masih belum menerapkan
teknologi modern. Pada dasarnya, cara membuat tempe terdiri dari 2 bagian
besar, yaitu proses pemasakan kedelai dan dilanjutkan dengan proses fermentasi.
Berikut ini adalah langkah-langkah proses pembuatan tempe:
1. Agar
benar-benar mendapatkan biji kedelai yang bagus, dilakukan penyortiran. Caranya,
tempatkan biji kedelai pada tampah, kemudian ditampi.
2. Biji
kedelai dicuci dengan air yang mengalir.
3. Biji
kedelai yang sudah bersih ke dalam panci berisi air, kemudian direbus selama 30
menit atau sampai mendekati setengah matang.
4. Kedelai yang sudah direbus direndam selama semalam
hingga menghasilkan kondisi asam.
5. Keesokan
harinya, kulit arinya dikupas. Caranya, kedelai dimasukkan ke dalam air,
kemudian remas-remas sambil dikuliti hingga akhirnya didapatkan keping-keping
kedelai.
6. Keping
kedelai dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama seperti mencuci beras yang
hendak ditanak.
7. Keping
kedelai dimasukkan ke dalam dandang lalu ditanak, mirip seperti menanak nasi.
8. Setelah
matang, angkat, lalu dihamparkan tipistipis di atas tampah. Ditunggu sampai
dingin, airnya menetes habis, dan keping kedelai mengering.
9. Proses
selanjutnya adalah menambahkan ragi. Pemberian ragi pada kedelai dicampurkan
sambil diaduk hingga merata. Ukurannya, 1 kg kedelai menggunakan sekitar 1 gram
ragi.
10. Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata
dengan ragi menggunakan daun pisang atau plastik.
11. Peram
bungkusan kedelai. Bila pembungkusnya berupa plastik, pemeraman dilakukan di
atas kajang-kajang bambu yang diletakkan pada rak-rak. Bila pembungkusnya
berupa daun, pemeraman dilakukan pada keranjang bambu yang ditutup goni.
12. Sesudah
diperam semalaman, dilakukan penusukan dengan lidi. Tujuannya agar udara segar
dapat masuk ke dalam bahan tempe.
13. Peram
lagi semalaman, keesokan harinya tempe yang dibuat telah jadi dan siap
dikonsumsi.
Produksi
tempe memang dilakukan melalui metode tradisional. Sekalipun diproduksi secara
tradisional, bukan tidak mungkin untuk menghasilkan tempe yang higienis. Produk
higienis dimulai dengan memperhatikan kebersihan diri dan perilaku produsen itu
sendiri, peralatankerja serta kebersihan lingkungan.
Tempe menjadi perhatian masyarakat ilmiah internasional ketika diselenggarakannya simposium yang disponsori oleh PBB, yaitu: International Symposium on Indigenous Fermented Foods (SIFF), di Bangkok, pada November 1977. Kegiatan tersebut dihadiri oleh lebih 450 ilmuwan tekenal dari seluruh
dunia. Pada simposium itu didiskusikan 17 makalah
tentang tempe, jumlah ini adalah makalah terbanyak
untuk pembahasan makalah satu jenis makanan. Gerakan tempe mendunia terjadi pada tahun 1983 karena didorong oleh berbagai faktor, di antaranya: (1) tempe mulai populer di Amerika dan Eropa , (2) tumbuhnya masyarakat pengikut diet Jepang di internasional, dan (3) meningkatnya gambaran positif
pentingnya makanan dari kedelai sebagai sumber
pangan dengan kandungan nutrisi tinggi.
Sebagai negara asal tempe, Indonesia giat memperjuangan standar tempe di tingkat internasional.
Perjalanan panjang Indonesia dalam memperjuangkan standar
tempe menjadi standar regional Asia disetujui Sidang
Codex Alimentarius Commission yang sedang berlangsung
di Geneva, pada 4-9 Juli 2011. Sidang yang dihadiri
oleh 140 anggota negara di dunia ini menyetujui usulan
Indonesia agar tempe dapat dijadikan suatu standar
regional.
Komentar
Posting Komentar