ISOFLAVON PADA KEDELAI DAN KHASIAT FARMAKOLOGI

 

Tempe  mengandung isoflavon yang merupakan zat antioksidan (Susianto dan Kusharisupeni, 2013). Isoflavon dapat menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas sehingga dapat mencegah kanker, tumor, penuaan, dan kematian sel (Angwar, 2006). Isoflavon adalah golongan senyawa isoflavonoid yaitu subkelas senyawa flavonoid yang memiliki 15 atom C dan merupakan golongan senyawa fenol alami terbesar (Suradikusumah, 1989). Distribusi isoflavon terbatas pada tumbuhan kacang-kacangan (leguminosae) (Harbone, 1996). Pada tanaman kacang-kacangan terdapat ratusan isoflavon (Dewick, 1994). Isoflavon tidak terdapat pada mikroorganisme seperti bakteri, algae, jamur, dan lumut (Markham, 1988).

Isoflavon pada kedelai terdapat dalam empat bentuk yaitu isoflavon dalam bentuk bebas (aglikon) yang terdiri dari daidzein, genistein, dan glisitein; isoflavon dalam bentuk terikat dengan senyawa gula melalui ikatan glikosida yang terdiri dari daidzin, genistin, dan glistin; isoflavon asetilglikosida yang terdiri dari 6-0-asetildaidzin, 6-0-asetilgenistin, dan 6-0-asetilglistin; serta isoflavon malonilglikosida yang terdiri dari daidzin, genistin, dan glistin; isoflavon asetilglikosida yang terdiri dari 6-0-malonildaidzin, 6-0-malonilgenistin, dan 6-0-malonilglistin (Wang dan Murphy, 1994). Isoflavon yang dominan pada kedelai terdapat dalam bentuk glikosida, sedangkan pada produknya seperti tempe terdapat dalam bentuk aglikon (Coward et al., 1993). Selain ketiga jenis isoflavon aglikon, tempe juga memiliki tambahan jenis isoflavon yang disebut Faktor-II (6, 7, 4’ tri-hidroksiisoflavon). Faktor-II tidak terdapat pada kedelai dan menghasilkan aktivitas biologis berupa aktivitas antioksidan dan antihemolisis yang lebih tinggi dibandingkan dengan daidzein dan genistein (Murata, 1985). Selain itu, Faktor-II juga diketahui mengandung zat antibakteri dan antitoksin (Shurtleff dan Aoyagi, 1979). Faktor-II disintesis dengan bantuan bakteri Brevibacterium epidermis dan Microccus luteus. Senyawa isoflavon ternyata dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Daidzein, genistein dan glistein diketahui memiliki kemampuan antioksidan, yaitu kemampuan memberikan fungsi perlindungan dari efek negatif radikal bebas terhadap kesehatan tubuh (Agranoff, 1999). Perubahan senyawa isoflavon dalam bentuk glikosida menjadi aglikon disebabkan adanya proses perendaman dan fermentasi terutama pada pembuatan tempe. Hal ini karena adanya kemampuan kapang tempe menghasilkan enzim β-glikosidase. Enzim ini berperan dalam mengubah senyawa isoflavon dalam bentuk glikosida (genistin dan daidzin) menjadi senyawa isoflavon dalam bentuk aglikonnya (genistein dan daidzein) (Koswara, 1995). Pawiroharsono (1995), mengatakan pada proses perendaman dan fermentasi terjadi pembebasan senyawa aglikon dengan pola yang identik. Namun, pembebasan senyawa selama proses fermentasi tempe lebih besar bila dibandingkan dengan proses perendaman.

Isoflavon dilaporkan memiliki khasiat farmakologi. Sifat fisiologis aktif dari senyawa isoflavon antara lain antifungi, antioksidan, antihemolisis, dan antikanker. Konsumsi isoflavon sejumlah 1.5-2.0 mg/kg/bb/hari berfungsi sebagai antikanker pada tubuh (Wang & Murphy, 1994). Kemampuan antikanker dari senyawa isoflavon, terutama genistein dan daidzein akhir-akhir ini telah banyak dibuktikan pada beberapa penelitian di luar negeri.

Penelitian lain menemukan bahwa komponen biokimia ini bermanfaat potensial untuk mencegah penyakit jantung (Anthony, Clarkson, & Williams, 1998), menghambat perkembangan atherosklerosis sehingga dapat mencegah penyakit kardiovaskular (Golberg, 1996), meningkatkan densitas massa tulang sehingga mencegah osteoporosis (Anderson & Carner, 1997), dan mereduksi sindrom pascamenopouse pada wanita (Knight, Wall, & Eden, 1996). Penelitian tentang kandungan isoflavon pada tumbuhan terutama kacangkacang masih sedikit dilakukan. Kandungan isoflavon pada kacang-kacangan yang telah diteliti antara lain pada kacang kedelai (Glycine max), kacang koro (Phaseolus lunatus), dan kacang panjang (Vigna angularis) (Harborne, 1996).

             

                     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CONTOH FORMAT Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PKPLH)

PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (PKPLH) PART 2

ADAT ISTIADAT DAN BUDAYA LOKAL DI PULAU KISAR

VITAMIN B12 DAN FUNGSINYA

Pemanfaatan Pupuk Organik Cair

BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN

PROSES PRODUKSI TEMPE