BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN
BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN
Bioteknologi secara luas berarti semua teknologi dalam bidang biologi. Dalam arti sempit diartikan sebagai semua teknologi dalam bidang biologi yang bersifat serba canggih dan mutakhir.
Menurut Shiva (1994), bioteknologi merupakan teknologi pemanfaatan organisme atau produk organisme yang bertujuan untuk menghasilkan bahan atau jasa.
Menurut Muladno (2000), bahwa dalam arti sempit bioteknologi diartikan sebagai teknologi rekayasa genetika yang bermain pada level molekuler khususnya DNA. Sedangkan dalam arti luas bioteknologi diterjemahkan sebagai teknologi yang memanfaatkan makhluk hidup sebagai salah satu komponennya.
Di negara-negara maju, bioteknologi telah terbukti mampu memberikan keuntungan beberapa nilai tambah terhadap hasil yang dicapai melalui sistem produksi yang baku.
Berbeda dengan negara kita, peran swasta terhadap perkembangan bioteknologi di negara-negara maju sangat kentara. Kita masih ingat tentang kisa Bovine Somatotropin (BST) sekitar tahun 1993-1996. hormon pertumbuhan sapi yang dikenal dengan nama BST adalah hormon generasi pertama bioteknologi. BST alami adalah hormon protein yang dihasilkan sapi dalam jumlah yang cukup.
Belum lagi kisa keberhasilan manusi merekayasa ternak transgenik (transgenik animal) yang dapat digunakan sebagai pabrik pengganda protein yang dibutuhkan oleh manusia. Secara teoritis memang semua jenis protein yang ada pada manusia bisa diproduksi oleh ternak, sepanjang gen yang memberikan kode genetik untuk pembentukan protein tersebut bisa diisolasi. salah satu contoh misalnya protein lactoprotein yang terdapat pada Air Susu Ibu (ASI) telah berhasil diproduksi oleh sapi transgenik.
Contoh di dunia peternakan hingga sekarang para ahli telah berhasil merekayasa kambing, domba, sapi dan babi. kambing transgenik yang mampu memproduksi Tissu Plasminogen Activator (TPA) secara luas telah digunakan untuk pengobatan penyakit jantung. belum lagi babi transgenik yang mampu memproduksi haemoglobin manusia dan yang tidak kalah menariknya adalah transpalasi organ babi untuk manusia.
Di Indonesia sendiri bioteknologi peternakan cenderung lamban perkembangannya dan peran pemerintah masih begitu dominan. Menurut catatan, sebagai negara tropis, Indonesia memiliki tidak kurang dari 200.000 jenis hewan, dan dari berbagai jenis hewan tersebut sebagian diantaranya telah didomestikasi menjadi ternak yang dipelihara oleh masyarakat antara lain ternak berkaki empat sebanyak 87 spesies dan unggas tidak kurang dari 84 spesies.
Potensi plasma nutfah tersebut dengan kemajuan bioteknologi dapat digunakan sebagai modal dasar untuk merekayasa pembentukan bibit ternak unggul yang sesuai dengan kondisi tropis dan secara sosial budaya dapat diterima peternak.
Generasi pertama bioteknologi reproduksi peternakan di Indonesia adalah Inseminasi Buatan (IB). Aplikasi IB tersebut dimulai sejak tahun 1956 dengan menggunakan semen cair segar dan baru sekitar 16 tahun kemudian yaitu tahun 1972 menggunakan semen baku.Transfer embrio (TE) merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi di Indonesia. namun keberhasilannya belum memuaskan.
Komentar
Posting Komentar